Lanjut ke konten

Pengertian Rawa

Agustus 18, 2011

Lahan rawa adalah lahan yang tergenang secara terus menerus akibat drainase buruk. Lahan rawa di bagi menjadi dua yaitu rawa lebak dan rawa pasang surut. Lahan rawa pasang surut merupakan lahan yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Lahan rawa pasang surut jika dikembangkan secara optimal dengan meningkatkan fungsi dan manfaatnya maka bisa menjadi lahan yang potensial untuk dijadikan lahan pertanian di masa depan. Untuk mencapai tujuan pengembangan lahan pasang surut secara optimal, ada beberapa kendala. Kendala tersebut berupa faktor biofisik, hidrologi yang menyangkut tata air, agronomi, sosial dan ekonomi.

Tata air atau pengelolaan air sangat baik dalam memperbaiki kualitas tanah dan menanggulangi atau mengurangi degradasi tanah akibat salah pengelolaan. Konsep dasar strategi tata air didasarkan pada sifat tanah dan tipe luapan pasang surut. Pada daerah rawa pasang surut terdapat empat tipe luapan yaitu tipe A, B, C, dan D. Namun pada daerah penelitian Delta Telang Sumatera Selatan, blok sekunder P8-12S memiliki tipe luapan A, sedangkan pada blok sekunder P17-6S memiliki tipe luapan B. Masing-masing tipe luapan terdapat perbedaan terhadap ketinggian genangan air.

Pada pengembangan lahan rawa pasang surut untuk sawah, karena kondisi tergenang dan kering silih berganti mengakibatkan adanya perubahan kondisi reduktif dan oksidatif yang silih berganti juga. Pada keadaan tergenang (reduktif) mengakibatkan kation-kation seperti K, Ca, Mg  menjadi terjerap koloid tanah yang bermuatan negatif. Sedangkan dalam keadaan kering yang lama (oksidatif) mengakibatkan teroksidasinya pirit yang dapat meracuni tanaman. Untuk mengatasinya yaitu dengan pengelolaan air yang baik sehingga dapat mengurangi unsur-unsur yang bersifat racun dan menghindari proses pemasaman lanjut.

Namun demikian, pengelolaan air masih terkendala oleh kondisi infrastruktur pengendali air yang kurang memadai. Dan juga karena terjadinya pengikisan tanggul serta sewaktu-waktu tidak ada pergerakan air maka terjadinya pengendapan yang menghasilkan lumpur, dalam waktu semakin lama pengendapan itu akan semakin tebal.

Selain itu, teknik pengelolaan air yang diterapkan juga masih bergantung pada pengamatan muka air tanah secara langsung di lapangan, yaitu dengan membuat sumur-sumur pengamatan. Meskipun memiliki akurasi yang tinggi, namun pengamatan secara langsung memerlukan waktu, tenaga, dan biaya, serta terbatas pada titik pengamatan dan jangka waktu pengamatan tertentu (Ngudiantoro et al, 2009).

Melalui pengelolaan lahan dan air yang tepat, maka produksi dan indeks pertanaman (IP) pada lahan rawa pasang surut akan dapat ditingkatkan. Aspek utama pengelolaan air pada lahan rawa pasang surut yaitu pengendalian muka air tanah yang berfluktuasi sehingga dicapai kondisi muka air tanah di petak lahan yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman (Ngudiantoro et al, 2009).

Susanto (2010) menjelaskan bahwa, hasil penelitian di Delta Telang I menunjukkan optimalisasi lahan rawa pasang surut untuk produksi pangan misalnya terbukti telah mampu meningkatkan produksi dari 3-4 ton GKP/ha/musim menjadi  7-8 ton GKP/ha/musim, bahkan juga meningkatkan indeks pertanaman.

Sistem jaringan reklamasi rawa pasang surut mencangkup pengelolaan air di tingkat makro dan mikro. Pengelolaan air ditingkat makro merupakan air yang dimulai sungai, saluran primer hingga sekunder. Sedangkan pengelolaan air ditingkat mikro mencangkup pengelolaan air tersier, kuarter hingga lahan usaha tani. Salah satu aspek usaha tani yang erat kaitannya dengan tingkat produksi pertanaman per areal musim tanam ataupun intensitas pertanaman selama satu tahun adalah tata air mikro di lahan usaha tani (Susanto, 2010).

Dengan pengelolaan air yang baik, maka dapat melakukan   pengaturan pola tanam dan waktu tanam yang sesuai. Sehingga dapat meningkatkan indeks pertanaman (per musim tanam). Hal ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan petani.

Dari uraian diatas, menunjukkan bahwa jaringan dan sistem tata air merupakan aspek yang sangat penting dalam pengembangan dan peningkatan produksi dan lahan pertanian serta sifat fisik tanah berpengaruh dalam pertumbuhan dan produksi tanaman.

From → Uncategorized

Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar